Kids Care Indonesia – Banyak orang tua sering kebingungan ketika menghadapi anak yang mudah menangis, cepat tersinggung, atau tampak terlalu peka terhadap hal-hal kecil. Tak jarang, anak seperti ini diberi label “cengeng”. Padahal, belum tentu mereka lemah atau manja — bisa jadi mereka adalah anak dengan tingkat kepekaan emosional yang tinggi atau disebut juga highly sensitive child. Memahami anak perbedaan antara “cengeng” atau “sensitif” adalah langkah awal penting agar orang tua bisa memberikan pendampingan yang tepat dan penuh empati.
Apa Bedanya Anak Cengeng dan Anak Sensitif?
Anak cengeng biasanya menangis atau mengeluh karena belum mampu mengendalikan emosinya dalam situasi tertentu, namun reaksi tersebut sering kali muncul karena keinginan yang tidak terpenuhi.
Sedangkan anak sensitif memiliki sistem saraf yang lebih peka terhadap rangsangan di sekitarnya — baik secara emosional, sosial, maupun sensorik. Mereka bisa dengan mudah menangkap perubahan suasana, nada bicara, bahkan ekspresi wajah orang lain.
Perbedaan utama terletak pada akar emosinya:
- Anak cengeng cenderung bereaksi karena ingin mendapat perhatian atau solusi cepat.
- Anak sensitif bereaksi karena benar-benar merasakan emosi secara mendalam, baik rasa sedih, takut, maupun empati.
Ciri-Ciri Anak dengan Emosi yang Kuat
Anak sensitif bukanlah masalah — justru mereka memiliki kelebihan tersendiri. Berikut beberapa ciri khasnya:
- Peka terhadap perasaan orang lain
Mereka cepat menyadari jika seseorang sedang sedih atau marah, dan sering berusaha menenangkan. - Mudah merasa kewalahan
Situasi ramai, suara keras, atau tekanan sosial dapat membuat mereka cepat stres. - Perfeksionis dan berhati-hati
Mereka cenderung ingin melakukan segalanya dengan benar, bahkan hal kecil. - Mudah terharu atau tersentuh
Film, musik, atau cerita emosional bisa membuat mereka menangis atau merenung lama. - Sulit menyesuaikan diri dengan perubahan
Anak sensitif memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Cara Tepat Mendampingi Anak Sensitif
Mengasuh anak dengan emosi kuat memerlukan kesabaran dan pendekatan yang lembut. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Terima dan Validasi Perasaannya
Jangan langsung berkata, “Ah, kamu lebay!” atau “Jangan nangis terus.”
Sebaliknya, katakan:
“Mama tahu kamu sedih karena mainannya rusak. Yuk, kita pikirkan cara memperbaikinya.”
Dengan begitu, anak belajar bahwa perasaannya diakui dan tidak salah. - Bantu Anak Mengenal dan Mengatur Emosi
Ajari anak mengenali jenis perasaan yang muncul: marah, takut, kecewa, atau cemas. Gunakan media sederhana seperti gambar wajah emosi atau permainan ekspresi. - Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Tenang
Anak sensitif mudah kewalahan dengan suasana bising atau konflik. Pastikan rumah menjadi tempat yang nyaman dan stabil secara emosional. - Berikan Rutinitas dan Kepastian
Rutinitas membantu anak merasa aman karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Misalnya, jam tidur dan waktu bermain yang konsisten. - Ajarkan Keterampilan Sosial Secara Bertahap
Anak sensitif sering kesulitan menghadapi kritik atau penolakan. Bantu mereka belajar menghadapi perbedaan pendapat dengan cara yang sehat dan percaya diri.
Baca juga: “Lessaria, Pewaris Majesty dengan Fitur Multiplayer Seru“
Peran Orang Tua: Menjadi Cermin Emosi Anak
Anak belajar dari cara orang tua bereaksi. Jika orang tua mudah marah, anak pun akan meniru pola tersebut. Sebaliknya, ketika orang tua mampu tetap tenang dan sabar, anak akan belajar bahwa emosi bisa dikendalikan.
Cobalah untuk:
- Menunjukkan empati saat anak menangis.
- Menghindari memberi label negatif seperti “lemah” atau “penakut”.
- Mengajarkan cara menenangkan diri, misalnya dengan menarik napas dalam atau memeluk diri sendiri.
Kelebihan Anak Sensitif
Meski sering dianggap mudah baper, anak sensitif atau cengeng memiliki banyak potensi luar biasa:
- Memiliki empati tinggi, mudah menolong teman dan memahami perasaan orang lain.
- Berpikir mendalam, sering merenungkan makna di balik kejadian.
- Kreatif dan imajinatif, mampu menciptakan karya unik dari hal sederhana.
- Peka terhadap keindahan, baik dalam seni, musik, atau alam.
Jika diarahkan dengan benar, anak seperti ini dapat tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih, bijaksana, dan berpengaruh positif bagi sekitarnya.
Anak sensitif bukan anak lemah, melainkan anak dengan jiwa yang kuat dan hati yang lembut. Mereka hanya membutuhkan pendampingan yang penuh kasih dan komunikasi yang empatik.
Alih-alih menilai mereka “cengeng”, orang tua sebaiknya menjadi tempat aman di mana anak bisa belajar memahami dan menyalurkan emosinya dengan sehat.
Karena pada akhirnya, anak yang memahami emosinya dengan baik akan tumbuh menjadi individu yang berani, peduli, dan bahagia.