Kids Care Indonesia – Setiap anak memiliki cara unik dalam mengekspresikan perasaannya. Namun, ketika Atasi seorang anak sering marah, berteriak, atau cepat menangis berlebihan, banyak orang tua merasa bingung dan kewalahan. Padahal, kemarahan pada anak bukan tanda kenakalan, melainkan bentuk komunikasi emosional yang belum bisa mereka kelola dengan baik.
Mengatasi anak yang cepat marah bukan sekadar menenangkan tantrumnya, tetapi juga mengajarkan kecerdasan emosional sejak dini, agar anak mampu memahami, mengendalikan, dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang sehat.
Kemarahan pada anak muncul karena berbagai faktor, baik dari dalam diri maupun pengaruh lingkungan. Beberapa penyebab umumnya antara lain:
Saat anak marah, hal terburuk yang bisa dilakukan orang tua adalah ikut terbawa emosi. Anak membutuhkan contoh, bukan reaksi.
👉 Cobalah menatap matanya, bernafas dalam-dalam, dan katakan dengan lembut:
“Mama tahu kamu lagi marah. Ayo kita tenangkan dulu ya.”
Respons yang tenang memberi pesan bahwa emosi bisa dikelola tanpa teriakan.
Anak perlu tahu bahwa perasaannya diakui dan tidak salah. Ucapkan kalimat seperti:
“Kamu kesal karena mainannya diambil teman, ya?”
Dengan validasi seperti ini, anak belajar bahwa marah itu boleh, tapi harus disalurkan dengan cara yang baik.
Gunakan momen kemarahan sebagai waktu belajar. Orang tua bisa mengajarkan kosakata emosi seperti: “sedih”, “kesal”, “takut”, “cemburu”, atau “kecewa.”
Semakin anak mengenal kata-kata emosi, semakin ia mampu mengungkapkan perasaan tanpa meledak.
Beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan bersama anak antara lain:
Kemarahan sering muncul ketika anak tidak tahu apa yang diharapkan dari dirinya.
Buat rutinitas harian yang konsisten — waktu makan, tidur, dan bermain. Berikan aturan sederhana seperti,
“Kalau marah, tidak boleh melempar barang, tapi boleh bilang kalau kamu kesal.”
Konsistensi membuat anak merasa aman dan membantu mereka belajar disiplin emosional.
Perkuat perilaku positif dengan kata-kata apresiasi seperti:
“Mama bangga kamu bisa sabar walau tadi kamu kesal.”
Hal ini meningkatkan rasa percaya diri anak bahwa ia mampu mengendalikan dirinya sendiri.
Anak yang sering marah bisa menjadi cerminan dari situasi di rumah. Apakah orang tua sering bertengkar? Apakah anak kurang mendapat perhatian positif?
Perubahan kecil seperti lebih banyak pelukan, bermain bersama, atau mendengarkan cerita anak setiap hari bisa memberikan efek luar biasa pada kestabilan emosinya.
Baca juga: “Decks of Dexterity: Kombinasi Unik Kartu dan Bullet Hell“
Jika anak menunjukkan kemarahan berlebihan atau disertai perilaku agresif seperti memukul, melukai diri, atau sulit berinteraksi dengan teman, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog anak atau konselor keluarga. Bantuan profesional dapat membantu menemukan akar masalah dan memberikan strategi pendampingan yang tepat.
Mengatasi anak yang cepat marah membutuhkan kesabaran, empati, dan konsistensi. Orang tua bukan hanya mengajarkan anak menahan amarah, tetapi juga memberinya alat untuk memahami dan mengelola emosinya.
Dengan dukungan yang tepat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang, percaya diri, dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi — bekal penting untuk masa depan yang bahagia.