Kids Care Indonesia – Di era digital seperti sekarang, ponsel (HP) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Orang tua, guru, bahkan anak-anak kini akrab dengan layar sejak usia dini. Meski teknologi membawa banyak manfaat, penggunaannya yang berlebihan — terutama oleh anak-anak — bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi perkembangan mereka. Maka, penting bagi orang tua untuk memahami mengapa anak perlu jauhkan dari HP, bagaimana dampak yang muncul, serta langkah-langkah efektif agar anak kembali menikmati dunia nyata yang lebih sehat dan seimbang.
Saat ini, banyak anak usia 3–12 tahun sudah terbiasa bermain HP setiap hari. Baik untuk menonton video, bermain game, atau sekadar menelusuri media sosial anak-anak. Menurut berbagai survei pendidikan anak, rata-rata anak Indonesia menghabiskan lebih dari 4 jam per hari di depan layar — angka yang melebihi batas aman yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu maksimal 1 jam per hari untuk anak di bawah 5 tahun.
Fenomena ini semakin meningkat sejak pandemi, ketika aktivitas belajar, bermain, dan bersosialisasi beralih ke dunia digital. Sayangnya, kebiasaan bermain HP tidak berhenti bahkan setelah kegiatan tatap muka kembali normal.
Penggunaan HP secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik dari sisi fisik, emosional, maupun sosial. Berikut beberapa di antaranya:
Anak yang terlalu sering bermain HP sulit fokus dalam belajar dan beraktivitas. Konten cepat seperti video pendek membuat otak terbiasa dengan rangsangan instan dan sulit mempertahankan perhatian jangka panjang.
Menatap layar terlalu lama dapat menyebabkan mata lelah, gangguan tidur, dan postur tubuh membungkuk. Selain itu, anak menjadi kurang bergerak sehingga meningkatkan risiko obesitas.
Anak yang sibuk dengan HP cenderung menyendiri dan kesulitan berinteraksi langsung. Mereka kehilangan kesempatan belajar empati, berbagi, dan bekerja sama dengan teman sebaya.
Paparan konten negatif atau tidak sesuai usia dapat membuat anak mudah marah, meniru perilaku agresif, atau menjadi lebih sensitif terhadap tekanan sosial.
Anak yang bermain HP sebelum tidur cenderung sulit tidur nyenyak karena cahaya biru dari layar menghambat hormon melatonin, yang berfungsi mengatur waktu tidur.
Ada beberapa alasan mengapa anak-anak mudah terjebak dalam penggunaan HP berlebihan:
Jika tidak dikendalikan sejak dini, kebiasaan ini dapat berkembang menjadi kecanduan digital yang sulit dihentikan.
Berikut beberapa cara praktis dan terbukti membantu orang tua mengurangi ketergantungan anak terhadap gadget:
Tentukan waktu tertentu anak boleh menggunakan HP, misalnya hanya 30 menit setelah belajar. Beri pemahaman bahwa HP bukan kebutuhan utama, melainkan hiburan tambahan.
Ajak anak melakukan aktivitas menyenangkan di dunia nyata seperti menggambar, membaca buku, berkebun, atau bermain sepeda. Anak yang sibuk dengan hal positif akan lupa pada HP-nya.
Anak meniru perilaku orang tua. Jika orang tua juga sibuk dengan HP, anak akan menganggap hal itu wajar. Jadi, mulailah dengan menurunkan waktu layar diri sendiri saat bersama keluarga.
Luangkan waktu berbicara dari hati ke hati dengan anak setiap hari. Dengarkan cerita mereka tanpa gangguan HP. Koneksi emosional yang kuat membuat anak lebih nyaman bersama orang tua daripada layar.
Jika anak perlu menggunakan HP untuk belajar, aktifkan pengaturan keamanan seperti pembatasan waktu layar dan penyaringan konten.
Terapkan aturan seperti: tidak ada HP saat makan bersama, saat belajar, atau sebelum tidur. Buat suasana rumah yang bebas distraksi digital.
Dorong anak untuk berinteraksi dengan teman, mengikuti kegiatan komunitas, atau olahraga bersama. Interaksi nyata akan meningkatkan kemampuan sosial dan empati.
Baca juga: “Dragon Ball: Gekishin Squadra, Aksi Tim 4 vs 4 Seru!“
Sekolah juga berperan besar dalam membentuk kebiasaan digital sehat. Program seperti “Hari Tanpa Gadget” atau kegiatan ekstrakurikuler kreatif dapat menjadi alternatif positif. Guru dan orang tua perlu bekerja sama membangun kesadaran anak tentang pentingnya keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.
Para ahli merekomendasikan agar anak memiliki HP setelah usia 12 tahun, ketika mereka sudah lebih mampu memahami tanggung jawab dan mengatur waktu. Sebelum itu, anak sebaiknya hanya menggunakan gadget milik orang tua dengan pengawasan.
Menjauhkan anak dari HP bukan berarti melarang teknologi, tetapi mengajarkan keseimbangan.
Teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pusat kehidupan anak. Dengan bimbingan orang tua yang konsisten, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, kreatif, dan memiliki kontrol diri yang baik.
Mari kembalikan masa kecil anak-anak kepada dunia yang seharusnya mereka miliki — dunia penuh tawa, gerak, dan imajinasi tanpa batas. 🌻