Kids Care Indonesia – Istilah Penyebab anak hiperaktif sering digunakan untuk mendeskripsikan anak yang sangat aktif, sulit diam, atau kurang fokus. Namun, di balik perilaku tersebut, ada kondisi medis yang dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Memahami penyebab ADHD sangat penting untuk memberikan dukungan dan penanganan yang tepat, bukan sekadar melabeli anak sebagai “nakal” atau “terlalu aktif”.
Meskipun penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya diketahui, para ilmuwan dan dokter meyakini bahwa kondisi ini bukan disebabkan oleh pola asuh yang buruk atau konsumsi gula berlebihan. Sebaliknya, ada beberapa faktor utama yang diidentifikasi sebagai pemicu.
1. Faktor Genetik dan Keturunan
Faktor genetik adalah penyebab paling kuat yang terkait dengan ADHD. Jika salah satu orang tua atau saudara kandung memiliki ADHD, kemungkinan seorang anak juga mengalaminya akan meningkat.
- Bukti Ilmiah: Penelitian menunjukkan bahwa ADHD dapat menurun dalam keluarga. Ilmuwan telah mengidentifikasi beberapa gen yang mungkin berperan dalam cara otak memproses dopamin, neurotransmitter yang penting untuk motivasi dan perhatian.
2. Struktur dan Fungsi Otak
Perbedaan pada struktur dan fungsi otak, terutama di bagian yang mengontrol perhatian dan impulsivitas, sering ditemukan pada anak-anak dengan ADHD.
- Area Otak yang Terlibat: Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan bahwa area otak seperti korteks prefrontal, yang bertanggung jawab untuk perencanaan dan pengendalian diri, memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil atau aktivitas yang lebih rendah pada anak-anak dengan ADHD.
- Keseimbangan Neurotransmitter: Ketidakseimbangan pada zat kimia otak seperti dopamin dan norepinefrin juga diyakini memainkan peran penting. Zat kimia ini membantu otak mengirimkan sinyal antar sel saraf, dan ketidakseimbangan dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mempertahankan fokus.
3. Faktor Lingkungan dan Risiko Pra-Natal
Beberapa faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami ADHD.
- Paparan Toksin: Paparan timbal dalam jumlah tinggi, terutama di masa anak-anak, dapat menjadi faktor risiko.
- Komplikasi Kehamilan dan Persalinan: Beberapa penelitian mengaitkan ADHD dengan faktor-faktor seperti merokok atau minum alkohol selama kehamilan, kelahiran prematur, atau berat badan lahir yang rendah.
Membedakan antara “Hiperaktif” Biasa dan ADHD
Penting untuk membedakan antara anak yang aktif secara normal dan anak dengan ADHD. Anak yang aktif biasanya mampu mengontrol perilakunya dalam situasi tertentu dan bisa fokus pada hal yang mereka sukai. Sementara itu, anak dengan ADHD akan terus-menerus menunjukkan gejala penyebab anak hiperaktif dan kurang fokus di berbagai situasi (di rumah, di sekolah, atau di tempat bermain), dan hal ini mengganggu fungsi sehari-hari mereka.
Jika Anda melihat gejala yang konsisten dan mengkhawatirkan, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan profesional medis atau psikolog anak. Diagnosis yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan penanganan yang efektif, seperti terapi perilaku atau, jika diperlukan, pengobatan. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa memberikan dukungan terbaik bagi anak untuk berkembang secara optimal.
Mengenali Gejala ADHD: Memahami Tipe Hiperaktif dan Inatensi
Memahami penyebab ADHD adalah langkah awal, tetapi mengenali gejala yang konsisten dan berkelanjutan adalah kunci untuk mencari bantuan profesional. Gejala ADHD dapat dibagi menjadi dua kategori utama, meskipun banyak anak menunjukkan kombinasi keduanya.
Tipe Hiperaktif-Impulsif
Ini adalah tipe yang paling sering dikenali sebagai “anak hiperaktif”. Gejala utamanya meliputi:
- Sulit Diam: Anak sering gelisah, menggeliat, atau tidak bisa duduk tenang di tempat, bahkan dalam situasi yang mengharuskan mereka diam seperti di kelas atau saat makan.
- Energi Berlebih: Terlihat seperti “digerakkan oleh mesin” dan sulit untuk rileks. Mereka bisa berlari atau memanjat secara berlebihan.
- Sulit Menunggu Giliran: Sering menyela percakapan, menjawab sebelum pertanyaan selesai, atau tidak sabar saat mengantre.
- Bicara Berlebihan: Sering kali tidak bisa mengontrol dorongan untuk berbicara terus-menerus.
Tipe Inatensi (Kurang Perhatian)
Tipe ini sering terlewatkan karena gejalanya kurang terlihat. Anak-anak dengan tipe ini tidak selalu menunjukkan hiperaktivitas fisik. Gejalanya meliputi:
- Kurang Fokus: Sulit berkonsentrasi pada tugas atau kegiatan yang membutuhkan perhatian detail. Mereka sering membuat kesalahan ceroboh.
- Mudah Terdistraksi: Perhatiannya mudah beralih ke hal-hal sepele, dan sulit untuk kembali fokus pada tugas utama.
- Sulit Mengorganisir: Anak sering lupa jadwal, kehilangan barang-barang pribadi, dan kesulitan menyelesaikan tugas yang berurutan.
- Sulit Mendengarkan: Sering terlihat seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung.
Baca juga: “Hollow Knight: Silksong – Petualangan Baru yang Ditunggu Gamer“
Strategi untuk Mendukung Anak dengan ADHD di Rumah
Setelah diagnosis profesional, ada banyak cara yang bisa orang tua lakukan di rumah untuk membantu anak mengelola gejala ADHD dan berkembang secara optimal.
- Buat Rutinitas yang Terstruktur: Anak dengan ADHD akan sangat terbantu dengan jadwal yang konsisten. Buat jadwal harian untuk kegiatan seperti bangun tidur, makan, mengerjakan PR, dan tidur. Rutinitas ini memberikan rasa aman dan mengurangi kebingungan.
- Berikan Perintah yang Jelas: Hindari instruksi yang panjang dan berbelit-belit. Berikan perintah satu per satu, dengan jelas dan singkat. Contoh: daripada mengatakan “Ambil bukumu, tas, dan pensil lalu duduk di meja,” lebih baik katakan “Ambil buku sekarang,” lalu setelah selesai, lanjutkan dengan instruksi berikutnya.
- Ciptakan Lingkungan yang Minim Gangguan: Saat anak sedang mengerjakan PR, pastikan area sekitarnya tenang dan bebas dari gangguan seperti TV, mainan, atau suara bising.
- Gunakan Penguatan Positif: Daripada berfokus pada perilaku negatif, puji dan hargai usaha anak saat mereka berhasil. Apresiasi dan dorongan positif sangat penting untuk membangun kepercayaan diri mereka.
Ingat, dukungan orang tua adalah hal yang paling krusial. Dengan pemahaman, kesabaran, dan kerja sama dengan profesional, kita bisa membantu anak-anak dengan ADHD meraih potensi terbaik mereka.